KECERDASAN FINANSIAL DASAR
Ini e book ke 2 dari 3 rangkaian e book Kebebasan Finansial.
Sebenarnya jauh lebih penting memiliki kecerdasan finansial yang bagus
dibandingkan memiliki ilmu mencari uang yang bagus. Hanya sedikit
orang yang bisa punya dua duanya. Fakta di dunia menunjukkan, mereka
yang hanya memiliki kemampuan mencari uang yang sangat bagus pun
pada akhirnya kalah jauh dengan mereka yang cerdas finansial atau pandai
mengelola uang, meskipun kemampuan mencari uangnya pas pasan.
Bayangkan jika seseorang bisa memiliki kemampuan mencari uang yang
prima dan sekaligus memiliki kecerdasan uang yang prima pula.
Itulah yang saya harapkan akan terjadi pada anggota grup WA Building
The Dream yang mau mengikuti ke 3 tahapannya :
1. Tahap persiapan di grup WA Building The Dream. Mempelajari
kecerdasan finansial, menaikkan plafon rejeki, jaringan dan sistem
bisnis, people skill, mental block, SEFT dll, serta mendengarkan audio
hipnoterapi dream penghasilan pasif 100 juta sebanyak 21x,
2. Tahap lanjutan dengan mencari inspirasi dan visi dari mereka yang
berpenghasilan pasif 100 juta keatas (grup WA Program Lanjutan).
3. Memilih sendiri bisnis dan investasi yang baik untuk keluarganya.
Meskipun demikian, rumus 90 : 10 di bidang keuangan seperti yang
disampaikan Robert T Kiyosaki dalam buku Guide to Invest tetap akan
berlaku. Hanya 10 persen anggota yang nantinya benar benar bisa berhasil
seperti yang diharapkan, dan memiliki 90% uang yang beredar di anggota
Building The Dream. Semoga itu Anda !!
MASALAH
Di seluruh dunia, pendidikan formal ditujukan untuk mendapatkan tenaga
tenaga terampil yang nantinya akan bekerja di pemerintahan dan swasta.
Bahkan pendidikan bisnispun bukan melatih mereka untuk berbisnis
sendiri. Tetapi melatih mereka untuk menjalankan bisnis orang lain. Alias
menjadi pegawai.
Dengan kata lain, kita hanya diajari cara mendapatkan uang. Cara yang
diajarkan pun hanyalah sebagian saja. Yaitu hanya 1/10 dari cara seperti
yang dikatakan Nabi saya. Beliau mengatakan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki
ada di bisnis (perdagangan). Bayangkan dampaknya, kita hanya diajari
10% dari jalan yang ada. Ditambah lagi tidak diajari bagaimana mengatur
keuangannya setelah diperoleh. Kira kira parah apa tidak akibatnya ?.
Bahkan kalau diajari ke 10 cara itu tanpa diajari mengatur uangnya saja
hasilnya masih mengecewakan. Apalagi hanya diajari 1/10 cara ?
Di Indonesia lebih parah lagi, di jaman Belanda, kaum pribumi menempati
posisi yang tidak mencari uang, yaitu pejabat dan tani tukang. Sampai hari
ini cita cita sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menjadi pejabat
(pemerintah atau swasta). Pengusaha hanya sebagai pelarian saja, dengan
harapan nanti bisa menjadi pejabat, atau anaknya yang menjadi pejabat.
Sejak dahulu tidak ada satupun baik sekolah formal maupun informal yang
mengajarkan bagaimana cara mengatur uang. Tetapi sekarang ada yaitu
tempat dimana saya mempelajari semua ini. Sayangnya hanya sebagian
saja yang bisa saya tularkan ke Anda. Selebihnya Anda perlu menggali
sendiri ditempat saya belajar itu.
FAKTA YANG TERJADI
Ini akibat pengajaran “salah fokus” yang terjadi di seluruh dunia :
1. Bahkan di Amerika Serikat, negara yang paling kaya di dunia dan
dianggap kemakmurannya merata, hanya 1% penduduknya yang bisa
kaya. 4% mandiri secara keuangan, sedang selebihnya kalau tidak
meninggal, harus bekerja terus sampai mati atau sebagian besar yaitu
54% hidupnya tergantung orang lain. Saya sendiri kalau tidak
merubah arah, setelah usia 65 tahun ya masih harus bekerja mencari
nafkah. Nanti setelah benar benar tidak kuat, akan hidup tergantung
pihak lain, yaitu pensiunan pemerintah dan bantuan anak anak.
2. Di Indonesia pernah diteliti oleh majalah Swa. Profesional
berpenghasilan besar seperti dokter, pengacara, notaris, direktur dll,
80% akan jatuh miskin di usia tua. Bayangkan, mereka orang-orang
yang seumur hidupnya mendapatkan penghasilan besar. Mereka orang
orang yang bisa mengumpulkan uang banyak. Toh akhirnya sebagian
besar jatuh miskin.
3. Di Amerika, 90% pemenang lotre diatas 250 ribu dollar, akan jatuh
miskin lagi 3 tahun setelah menang lotere. Umumnya mereka tidak
tahu kemana uang mereka pergi. Coba teliti lagi, apakah Anda tahu
kemana saja uang yang Anda peroleh itu pergi ? Sudah berapa lama
Anda bekerja dan berapa yang diperoleh dan berapa yang ada
sekarang ? Saya yakin Anda tidak menemukan kemana uang itu ?.
Itulah 3 fakta yang menunjukkan bahwa KECERDASAN FINANSIAL
KITA RATA RATA MASIH RENDAH.
MANFAAT KECERDASAN FINANSIAL
Jika Anda cerdas finansial, maka yang terjadi adalah :
1. Anda tidak mengejar penghasilan besar. Anda justru akan mencari
penghasilan penghasilan kecil. Bahkan sesuatu yang awalnya tidak
menghasilkan. Dengan begitu Anda akan hanya sedikit mendapat
saingan. Karena sebagian besar mereka yang tidak cerdas finansial,
akan mencari penghasilan yang besar, cepat dan aman / tanpa resiko.
Para penipu pun siap menangkap mereka. Ken Kesey mengatakan
:"Rahasia untuk menjadi penipu yang hebat adalah mengetahui apa
yang diinginkan calon kurbannya dan meyakinkan padanya bahwa ia
akan memperoleh yang diidamkannya". Karena semua senang sesuatu
yang sebenarnya tidak ada yaitu penghasilan besar, cepat dan aman,
maka diciptakanlah hal yang tidak mungkin itu menjadi seolah olah
mungkin. Charles Ponzi tahun 1920 an sudah menciptakan skemanya.
Mereka tinggal membungkus nya dengan aneka bungkus yang indah.
Pasti akan banyak yang memakan umpannya. Itu tidak akan terjadi
pada mereka yang cerdas finansial. Orang yang cerdas finansial akan
lari jauh jauh jika mendengar kalimat penghasilan yang besar,
cepat, dan aman/tanpa resiko dijadikan satu. Alarm di kepalanya
seketika akan membunyikan tanda bahaya. Karena penyatuan itu
memang menyalahi aturan dasar investasi dan hukum alam manapun
di bidang keuangan. Dibalik itu biasanya ada jebakan batman.
2. Jika cerdas finansial, Anda akan mampu memanfaatkan penghasilan
sekarang untuk kesejahteraan anak cucu Anda. Pada sebagian besar
orang, penghasilannya hanya berhenti untuk mendukung kesejahteraan
dirinya. Itupun seringkali tidak sampai diujung umur. Orang yang cerdas finansial, akan berpikir ulang jika harus bersusah payah
membangun sesuatu yang hanya berhenti pada dirinya. Mereka lebih
memilih bersusah payah membangun sesuatu yang akan terus
menghasilkan uang bagi anak cucunya, yaitu MEMBANGUN ASET.
3. Jika memiliki kecerdasan finansial, kehidupan Anda sudah pasti akan
lebih tenang dan damai. Anda tidak perlu lagi berlarian mengejar
penghasilan besar. Anda bisa berkumpul terus dengan keluarga yang
dicintai. Tidak harus berpencaran sampai ke ujung dunia hanya untuk
mengejar uang. Karena uang sudah bisa Anda datangkan sendiri ke
rumah Anda. Dan Anda bisa bermain sepanjang hari dengan anak.
Seseorang pernah mengatakan kepada saya, bahwa uang itu mirip ayam
liar di halaman. Kita bisa menangkap dan menikmatinya dengan tiga cara :
1. Sendirian mengejarnya, hasilnya capek dan dapatnya sedikit. Ini
persis yang dikerjakan sebagian besar orang saat ini.
2. Bekerjasama dengan beberapa teman untuk menangkapnya.
Lumayan sedikit lebih baik, meskipun belum terlalu sempurna.
3. Mengeluarkan uang dulu untuk membeli pakan dan pagar. Kita
pancing uangnya (sorry ayamnya) dengan pakan, kemudian
setelah mereka berkumpul dan jinak, kita bangun pagar sekeliling
nya. Tiba tiba kita memiliki peternakan ayam (eh sorry . . .uang).
Tidak perlu susah payah mengejarnya jika ingin makan ayam.
Orang yang cerdas finansial akan memilih cara yang ketiga. Mereka berani
mengeluarkan uang dulu untuk berinvestasi pada aset yang paling
berharga yaitu dirinya sendiri. Mereka bersedia membiayai dirinya untuk
mendapatkan ilmu yang dibutuhkan. Yaitu ilmu membangun aset.
Anthoni Robbin meminjam uang neneknya 10.000 dollar untuk bisa ikut
seminar yang akhirnya membuat dia berubah dari tukang bersih WC hotel
dan sales alat musik menjadi motivator nomor satu di dunia.
Kalau saya mungkin cukup dengan mengantongi ego, Ery Prabowo
terpaksa menjual cincin kawinnya untuk ikut Leadership Seminar di
Jakarta, Philip meminjam uang ke pacarnya untuk hal yang sama.
Sekarang ketiganya sudah menjadi milyarder. Meskipun tentu tidak semua
orang yang hadir di seminar itu dijamin sukses. Kalau saja saya tidak hadir
saat itu ? . . . . saya tidak bisa membayangkan apa yang akan saya alami.
Jaraknya tipis sekali antara saya mau hadir dan tidak.